Anakku Sayang, Anakku Malang..., Maafkan Ummy.. - dari ibu kaltsum di jl r.e martadinata- bandung
assalamu ‘alaikum wr. wb pendengar suara wahdah yang baik aku adalah seorang ibu, yang telah berumah tangga selama 26 tahun lamanya, dari pernikahanku dengan suamiku, aku dikaruniai seorang putri, kamilah namanya, dia adalah anak baik, manja dan cerdas, namun sayang, kamilah harus kehilangan ayahnya, pada saat terjadinya tragedi kecelekaan jatuhnya pesawat adam air beberapa tahun silam, bapaknya kamila biasa dipanggil orang dengan sebutan pak bram, mendiang suamiku sangat sayang pada kamilah, apalagi mila anak tunggal dan anak semata wayang yang dianugerahkan allah pada kami, dari kecil, hingga dia tamat sma, kami tak pernah menyakiti sedikitpun perasaannya, apa yang dia mau, selalu kami turuti, tapi alhamdulillah, meskipun tumbuh dengan kebiasaan dimanja, tak pernah membuat mila besar kepala, apalagi sampai berbuat tindakan-tindakan brutal yang umum dilakukan oleh anak tunggal yang selalu dimanja orang tuanya,mila tumbuh menjadi gadis anggun dan dewasa dalam berfikir, bahkan dalam pelajaranpun mila selalu mendapatkan nilai-nilai yang memuaskan, dia juga pernah meraih juara 1 lomba pelajaran kimia yang diadakan oleh pemda setempat dan masih banyak prestasi-prestasinya dikelas.
pendengar suar awahdah yang budiman
waktu terus bergulir, kepergian papanya mila, mebuat kami sangat tergoncang, kami sangat merasa kehilangan saat itu, apalagi aku, jujur, meskipun papanya mila dulu pernah menjabat sebagai staf direksi disebuah perusahaan swasta dibandung dengan gaji yang sangat lumayan, namun tak pernah terbayang olehku untuk mengimbangi semua itu dengan mendirikan bisnis rumahan, semua mengalir begitu saja tanpa meninggalkan bekas-bekas apapun, hingga ketika kepala rumah tangga dan tulang punggung keluarga itu dipanggil oleh allah, kami seperti kehilangan sandaran hidup, seolah tak siap menerima kenyataan tersebut, saat itu aku mulai kehilangan kendali, perasaan sedih yang mendalam dihatiku, menyeretku pada kehidupan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya, aku jadi suka keluar rumah, turun pagi dan pulang tengah malam, dengan dalih mencari hiburan penawar sedih dan lara, aku bahkan telah lupa memperhatikan mila yang waktu itu entah bagaiman kondisi bathinnya, yang aku perbuat setiap harinya adalah ngumpul bareng teman-teman kuliahku dulu, bercanda, dan ngerumpi, dan aku puas dengan semua itu, akupun sangat terbantu keluar dari bayang-bayang suamiku sehingga rasa sedih itu berangsur-angsur mulai menghilang dari perasaanku, namun lagi-lagi aku belum bisa merengkuh mila dalam dekapan kasih sayangku seperti dulu, kebiasaanku yang jarang dirumah, telah membuatku lalai 100 % dari kewajibanku sebagai seorang ibu, akupun bahkan hampir-hampir lupa kalau aku masih punya anak, namun ketika kesadaran itu muncul, semuanya kembali hilang manakala aku dijemput oleh teman-temanku, rileks ketempat-tempat wisata, arisan bahkan shopping, dan entah bagaimana nasibnya mila saat itu, hampir 7 bulan lamanya aku tak pernah intens berkomunikasi dengan mila, meskipun kadang sesekali berpapasan dikamar mandi, sepintas kulihat dia sedikit kurus namun semakin rajin beribadah, kadang bila aku pulang tengah malam, aku sering mendapati mila sedang sholat yang aku sendiri tak tahu sholat apa ditengah malam buta seperti itu, padahal semua orang pada asyik-asyik tidur, gila nih anak, ujarku dalam hati.
pendengar suara wahdah yang baik
kuakui kami sekeluarga memang memeluk agama islam, tapi, yaah seperti pada umumnya, agama itu seolah hanya pelengkap legailatas formal yang pada kenyataannya jauh panggang dari api, dirumah hampir-hampir tak pernah ada yang namanya sholat, apalagi sampe mengaji segala, tapi aneh, setelah semua peristiwa tersebut terjadi, mila mengawali semuanya, dia mulai sholat dan mengaji setiap harinya, aku jadi kurang srek mendengarnya, bukan apa-apa, tapi hanya aneh saja, akhirnya karena tidak tahan dengan situasi tersebut suatu hari aku panggil mila dan kuinterogasi dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan konyol, belajar aliran sesat dari mana?, siapa yang ngajari?, hati-hati lho jadi gila, cewek cantik tapi gila, siapa yang mau nanti?, itulah pertanyaan-pertanyaan konyol yang ku sampaikan padanya.
tapi, alangkah kagetnya aku mendengar kalimat-kalimat yang keluar dari bibir mila “ mama, allah menciptakan jin dan manusia dengan satu tujuan, yaitu menyembahnya, islam bukan aliran sesat, melainkan agama penyelamat bagi mereka-mereka yang dulu pernah sesat, beristigfarlah selagi masih punya waktu, sebelum lidah kita keluh untuk memohon ampun kepada allah…sayang, kalau kita pergi menghadap ilahi dengan tangan hampa tanpa bekal apapun”, mendengar kalimat-kalimat yang keluar dari bibirnya membuat dadaku berdegup kencang, jujur aku ngeri kalau bicara tentang kematian, tapi dasar rasa egoku tinggi, aku berusaha untuk menutupi perasaan itu dan mengimbanginya dengan kalimat-kalimat sinis, “eee..anak kecil sudah pinter ya ceramahi orang tua, pergi sana.., awas kalau mama lihat lagi sholat tengah malam kayak kemarin, emang gak bisa sholatnya siang saja.., kayak ga ada kerjaan aja nih anak..”ujarku dengan nada keras dengan tatapan melotot, sempat kulihat ada air mata bening menetes dari pipinya mila saat dia hendak berlalu meninggalkan aku, tapi perduli apa…, ujarku dalam hati.
pendnegar suara wahdah yang budiman
suatu hari, kuingat betul hari itu hari kamis awal januari 2009, hari itu aku tidak keluar rumah seharian karena kondisi kesehatan yang tidak mengizinkan, tetapi teman-temanku setia menemaniku, mereka pada ngumpul dirumahku dan seperti biasanya menghabiskan waktu berleha-leha dan ngerumpiin orang-orang, tiba-tiba dari arah pintu depan masuk sesosok manusia berbusana hitam lengkap, semua tertutupi, bahkan wajahnyapun ditutpi oleh cadarnya, orang itu masuk kedalam rumah setelah sebelumnya mengucapkan salam, aku sempat kaget, siapa nih orang, berani-beraninya masuk kerumah orang tanpa permisi, akhirnya aku teriaki orang itu maling, meskipun ada 3 orang temanku dirumah, namun aku terus berteriak ada maling dirumahku, hingga berkumpulah tetangga-tetanggaku, kulempari orang bercadar itu dengan guci kecil diatas meja tamuku hingga mengenai kepalanya dan berdarah,
kudengar dia berteriak kesakitan dan membuka cadarnya, “saya mila mama, saya mila..”ujar orang itu yang ternyata adalah mila, menyadari hal itu bukan iba melihat kepalanya berdarah tapi darahku semakin mendidih melihat mila seperti orang asing yang tidak kukenal, “heh anak bandel, ngapain pakai pakaian seperti ini, bikin malu saja, siapa yang belikan nih baju, ayo cepat buka…biar mama bakar sekalian..,” ujarku dengan suara keras memaksanya untuk membuka pakaianya, kukata-katai dia anak gila, bahkan kalimat-kalimat yang serupa juga keluar dari mulut teman-temanku, aku jadi malu dibuatnya, kutampar dia berulang-ulang dan kubakar pakaian yang dikenakannya saat itu, dengan tidak mempertimbangkan perasaannya yang lagi sedih saat itu, aku menyeretnya kedalam kamarnya dan kukunci dari dalam, aku pun telah lupa bahwa dikepalanya saat itu berdarah kena lemparan guci kecil tepat dijidadnya, saat itu yang ada dalam fikiranku adalah marah dan marah, aku tidak bisa menerima kalau anakku satu-satunya berubah menjadi sosok yang aneh dalam pandanganku, aku juga malu pada orang-orang yang mengata-ngatai putriku gila, padahal dalam sejarah keturunan aku maupun suamiku dulu tidak ada satupun yang pernah mengalami gangguan jiwa, tapi kini, mengapa tiba-tiba mila yang mengalami gangguan kejiwaan?, sudah sholat tengah malam disaat orang tidur, kemana-manapun menutupi wajahnya, emang putriku jelek, tidak cantik.., sehingga harus ditutupi oelh busana hitam pekat begitu dan menggunakan cadar segala, ujarku saat itu yang tidak habis fikir dengan perubahan yang dialami oleh mila,
dari penuturan tetanggaku saat itu, perubahan mila saat itu sebenarnya telah berlangsung 3 bulan yang lalu, mereka juga mempertanyakan mengapa baru sekarang aku mengetahui perubahan itu padahal aku serumah dengannya, “dasar anak tidak tahu diuntung, gara-gara dia aku jadi malu dihadapan masyarakat, ketahuan deh aku tak lagi memperhatikan mila” bathinku perlahan.
pendengar suara wahdah yang budiman
sejak peristiwa itu, mila jadi suka mengurung diri, dan tak tahu apa yang dia kerjakan didalam kamarnya, akupun cuek bebek dengan kondisi tersebut, yang penting dia tak melakukan hal-hal yang gila lagi, hari-hari terus berlalu, tanpa terasa waktu terus berlalu hingga ramadhan 1430 h pun tiba, semula aku menyangka kalau mila telah merubah dirinya menjadi mila yang dulu yang normal dan waras, tapi aku menerima berbagai laporan dari teman dan orang-orang yang mengenalku bahwa mila masih menggunakan busana aneh itu setiap keluar rumah tanpa sepengetahuanku, bahkan ada beberpa laporan bahwa mila terlibat gembong terorois dengan merekrut wanita-wanita sebanyak-banyaknya untuk dikader menjadi anggota gembong teror diindonesia,
menurut laporan teman-temanku, mila sering terlihat dimesjid kampus dan memberikan materi aneh pada anggotanya,murabbi istilahnya yang tidak salah kuingat saat itu, ya tuhan, dosa apa yang telah kuperbuat hingga anakku jadi seperti ini.., apa ini akibat dari meninggalnya bapaknya yang tercinta, semoga saja mila belum tersesat jauh pada ajaran menyimpang ya tuhan, ujarku dalam hati, aku sedih melihat mila, sepertinya dia tidak perduli dengan nasehat-nasehatku, bahkan dia sudah terang-terangan tampil didepanku dengan menggunakan busana anehnya tersebut, dan dia tidak perduli dengan ocehanky, yang tidak pernah kuingat sanggahanya saat aku mengoceh didepanya meminta dia menanggalkan busana anehnya itu adalah “mama, rasulullah mengajari umatnya untuk senantiasa mempergauli orang tuanya dengan baik meskipun sering mendapat perlakuan buruk dari mereka, dan insya allah mila tetap sayang pada mama, tetapi itu bukan berarti mila harus mengikuti seluruh keinginan mama, karena tidak ada ketaatan kepada orang tua, apabila sudah melanggar dan menyimpang dari syari’at agama, mama.., silahkan mama membenci mila sebenci-bencinya, tapi mila tetap selalu sayang pada mama, silahkan mama memukul bahkan membunuh mila sekalipun, tapi jangan mama paksa mila untuk meninggalkan syariat agama ini, mama..kalau mila gadis gila, kenapa mila bisa kuliah sampai semester 6 saat ini?, adakah orang gila bisa belajar dan berprestasi?, kalau mila gila seperti yang sering orang-orang sangkakan, kenapa mila masih pulang kerumah, bahkan menangis bila melihat kebrutalan mama memperlakukan mila.., tidak sayangkah mama terhadap mila?, mila masih ingat ..dari kecil hingga mila tumbuh dewasa, mama dan papa tidak pernah menyakiti perasaan mila, tidak pernah memukul mila atau membentakbentak mila, tapi sekarang, kenapa semuanya berubah?, kenapa?, apa berbuat baik itu salah?, apa menjadi orang yang taat kepada agama itu dosa?, sukakah mama bila mila bergaul bebas seperti orang-orang diluar sana, lalu mereka terjebak dalam pesta narkoba, kepergok polisi dan digelandang kesel tahanan lalu divonis penjara bertahun-tahun lamanya, sukakah mama bila mila tampil gaul lalu kelutyuran malam-malam tak pulang-pulang rumah kemudian hamil diluar nikah tanpa ada suami?, istifgar ma, istigfar…” ujar mila ditengahtengah derasnya air matanya mengalir membasahi pipinya, tetapi entah kenapa, meskipun hatiku menjerit mendengar semua itu, aku seolah tak perduli dan iba terhadapnya, yang terjadi malah aku semakin mengoceh dan terus mengoceh, bahkan menamparnya berulang-ulang karena telah berani menggurui aku sebagai orang tua…bahkan saking tidak tahanya aku dengan rasa emosi yang menumpuk didalam dadaku, aku mengusirnya dari rumah, kusuruh dia mengemasi pakaiannya dan tak boleh tinggal lagi dirumah bersamaku, sebab akan menjadi aib bagi keluargaku, dengan air mata menetes deras dipipinya mila memintaku untuk tidak mengusirnya, kecuali setelah buka puasa tiba, kerna saat itu dia sedang berpuasa, aneh memang kurasa, bukan bulan ramadhan tapi puasa segala, mendengar hal itu amarahku semakin meluap, emosiku tak terbendung,
kubantu dia mengemasi pakaiannya, dan sebagian pakaian anehnya yang tergantung dihanger lemarinya kubuang keluar, kuseret dia keluar dari pintu rumah dan kututp rapat pintu rumahku, hatiku sebenarnya sedih dengan semua ini, tapi aku malu beranakkan dia yang tidak tahu diri. pendnegar suara wahdah yang baik beberapa saat setelah aku mengunci rpat pintu rumah, kudengar suara mobil mengerem keras dijalan depan rumahku, kudengar ada teriakan memekik menyebut kalimat takbir dan kalimat syahadat, suara itu sangat aku kenal, suaranya mila, dengan buru-buru aku membuka pintu rumahku.., dan kudapati kerumunan orang tepat didepan pintu pagar rumahku, sepertinya barusan telah terjadi kecelakaan hebat, sebuah mobil pick up bermarna biru menabrak orang, dengan buru-buru aku memburu ketengah kerumuman orang mengelilingi korban yang ditabrak mobil tersebut dan alangkah terkejutnya aku ketika melihat sesosok tubuh yang ambruk bersimbah dara, mila..anakku, tubuh tiu masih lengkap dengan busana muslimah cadarnya, terdengar perlahan mila mengucapkan kaliamt tauhid lalu diam dan tak bergerak lagi…melighat semua itu aku jadi histeris..aku menangis meraung sekencang-kebncangnya, aku tak percaya kalau mila anakku satu-satunya adalah korban kecelakaan itu, menurut saksi mata, pak handoko tetangga yang kebetulan juga berada dipekarangan rumahnya, dilihatnya mila keluar rumah,
tapi tiba-tiba sebuah mobil pick up biru oleng dan menyambarnya yang masih berada tepat dipintu pagar, ya tuhan..mengapa semua ini menimpa anakku, mengapa dia yang kau ambil tuhan.., mengapa…kini aku benar-benar seorang diri dan tak ada siapapun yang kumiliki…mengapa semua ini menimpaku..
pendengar suara wahdah yang baik
inilah penyesalan hidup yang hingga saat ini masih belum hilang dari benakku, setelah suamiku pergi meninggalkan aku, akhirnya putriku satu-satunyapun harus pergi meniggalkan aku untuk selama-lamanya, yang tidak bisa aku terima adalah, sikap dan perlakuanku selama ini padanya, yang akhirnya aku sadari bahwa aku telah salah menilainya, namun yang sangat aku syukuri adalah, ia meninggal dengan mempertahankan aqidahnya, sebagai orang tua, aku selalu berdoa untuknya, semoga kematiannya syahid dimata allah, ya allah.., ampunilah dosa-dosaku.., izinkan aku memperbaiki semua sikapku selama ini..amin ya rabbal alamiin..
wassalam
assalamu ‘alaikum wr. wb pendengar suara wahdah yang baik aku adalah seorang ibu, yang telah berumah tangga selama 26 tahun lamanya, dari pernikahanku dengan suamiku, aku dikaruniai seorang putri, kamilah namanya, dia adalah anak baik, manja dan cerdas, namun sayang, kamilah harus kehilangan ayahnya, pada saat terjadinya tragedi kecelekaan jatuhnya pesawat adam air beberapa tahun silam, bapaknya kamila biasa dipanggil orang dengan sebutan pak bram, mendiang suamiku sangat sayang pada kamilah, apalagi mila anak tunggal dan anak semata wayang yang dianugerahkan allah pada kami, dari kecil, hingga dia tamat sma, kami tak pernah menyakiti sedikitpun perasaannya, apa yang dia mau, selalu kami turuti, tapi alhamdulillah, meskipun tumbuh dengan kebiasaan dimanja, tak pernah membuat mila besar kepala, apalagi sampai berbuat tindakan-tindakan brutal yang umum dilakukan oleh anak tunggal yang selalu dimanja orang tuanya,mila tumbuh menjadi gadis anggun dan dewasa dalam berfikir, bahkan dalam pelajaranpun mila selalu mendapatkan nilai-nilai yang memuaskan, dia juga pernah meraih juara 1 lomba pelajaran kimia yang diadakan oleh pemda setempat dan masih banyak prestasi-prestasinya dikelas.
pendengar suar awahdah yang budiman
waktu terus bergulir, kepergian papanya mila, mebuat kami sangat tergoncang, kami sangat merasa kehilangan saat itu, apalagi aku, jujur, meskipun papanya mila dulu pernah menjabat sebagai staf direksi disebuah perusahaan swasta dibandung dengan gaji yang sangat lumayan, namun tak pernah terbayang olehku untuk mengimbangi semua itu dengan mendirikan bisnis rumahan, semua mengalir begitu saja tanpa meninggalkan bekas-bekas apapun, hingga ketika kepala rumah tangga dan tulang punggung keluarga itu dipanggil oleh allah, kami seperti kehilangan sandaran hidup, seolah tak siap menerima kenyataan tersebut, saat itu aku mulai kehilangan kendali, perasaan sedih yang mendalam dihatiku, menyeretku pada kehidupan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya, aku jadi suka keluar rumah, turun pagi dan pulang tengah malam, dengan dalih mencari hiburan penawar sedih dan lara, aku bahkan telah lupa memperhatikan mila yang waktu itu entah bagaiman kondisi bathinnya, yang aku perbuat setiap harinya adalah ngumpul bareng teman-teman kuliahku dulu, bercanda, dan ngerumpi, dan aku puas dengan semua itu, akupun sangat terbantu keluar dari bayang-bayang suamiku sehingga rasa sedih itu berangsur-angsur mulai menghilang dari perasaanku, namun lagi-lagi aku belum bisa merengkuh mila dalam dekapan kasih sayangku seperti dulu, kebiasaanku yang jarang dirumah, telah membuatku lalai 100 % dari kewajibanku sebagai seorang ibu, akupun bahkan hampir-hampir lupa kalau aku masih punya anak, namun ketika kesadaran itu muncul, semuanya kembali hilang manakala aku dijemput oleh teman-temanku, rileks ketempat-tempat wisata, arisan bahkan shopping, dan entah bagaimana nasibnya mila saat itu, hampir 7 bulan lamanya aku tak pernah intens berkomunikasi dengan mila, meskipun kadang sesekali berpapasan dikamar mandi, sepintas kulihat dia sedikit kurus namun semakin rajin beribadah, kadang bila aku pulang tengah malam, aku sering mendapati mila sedang sholat yang aku sendiri tak tahu sholat apa ditengah malam buta seperti itu, padahal semua orang pada asyik-asyik tidur, gila nih anak, ujarku dalam hati.
pendengar suara wahdah yang baik
kuakui kami sekeluarga memang memeluk agama islam, tapi, yaah seperti pada umumnya, agama itu seolah hanya pelengkap legailatas formal yang pada kenyataannya jauh panggang dari api, dirumah hampir-hampir tak pernah ada yang namanya sholat, apalagi sampe mengaji segala, tapi aneh, setelah semua peristiwa tersebut terjadi, mila mengawali semuanya, dia mulai sholat dan mengaji setiap harinya, aku jadi kurang srek mendengarnya, bukan apa-apa, tapi hanya aneh saja, akhirnya karena tidak tahan dengan situasi tersebut suatu hari aku panggil mila dan kuinterogasi dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan konyol, belajar aliran sesat dari mana?, siapa yang ngajari?, hati-hati lho jadi gila, cewek cantik tapi gila, siapa yang mau nanti?, itulah pertanyaan-pertanyaan konyol yang ku sampaikan padanya.
tapi, alangkah kagetnya aku mendengar kalimat-kalimat yang keluar dari bibir mila “ mama, allah menciptakan jin dan manusia dengan satu tujuan, yaitu menyembahnya, islam bukan aliran sesat, melainkan agama penyelamat bagi mereka-mereka yang dulu pernah sesat, beristigfarlah selagi masih punya waktu, sebelum lidah kita keluh untuk memohon ampun kepada allah…sayang, kalau kita pergi menghadap ilahi dengan tangan hampa tanpa bekal apapun”, mendengar kalimat-kalimat yang keluar dari bibirnya membuat dadaku berdegup kencang, jujur aku ngeri kalau bicara tentang kematian, tapi dasar rasa egoku tinggi, aku berusaha untuk menutupi perasaan itu dan mengimbanginya dengan kalimat-kalimat sinis, “eee..anak kecil sudah pinter ya ceramahi orang tua, pergi sana.., awas kalau mama lihat lagi sholat tengah malam kayak kemarin, emang gak bisa sholatnya siang saja.., kayak ga ada kerjaan aja nih anak..”ujarku dengan nada keras dengan tatapan melotot, sempat kulihat ada air mata bening menetes dari pipinya mila saat dia hendak berlalu meninggalkan aku, tapi perduli apa…, ujarku dalam hati.
pendnegar suara wahdah yang budiman
suatu hari, kuingat betul hari itu hari kamis awal januari 2009, hari itu aku tidak keluar rumah seharian karena kondisi kesehatan yang tidak mengizinkan, tetapi teman-temanku setia menemaniku, mereka pada ngumpul dirumahku dan seperti biasanya menghabiskan waktu berleha-leha dan ngerumpiin orang-orang, tiba-tiba dari arah pintu depan masuk sesosok manusia berbusana hitam lengkap, semua tertutupi, bahkan wajahnyapun ditutpi oleh cadarnya, orang itu masuk kedalam rumah setelah sebelumnya mengucapkan salam, aku sempat kaget, siapa nih orang, berani-beraninya masuk kerumah orang tanpa permisi, akhirnya aku teriaki orang itu maling, meskipun ada 3 orang temanku dirumah, namun aku terus berteriak ada maling dirumahku, hingga berkumpulah tetangga-tetanggaku, kulempari orang bercadar itu dengan guci kecil diatas meja tamuku hingga mengenai kepalanya dan berdarah,
kudengar dia berteriak kesakitan dan membuka cadarnya, “saya mila mama, saya mila..”ujar orang itu yang ternyata adalah mila, menyadari hal itu bukan iba melihat kepalanya berdarah tapi darahku semakin mendidih melihat mila seperti orang asing yang tidak kukenal, “heh anak bandel, ngapain pakai pakaian seperti ini, bikin malu saja, siapa yang belikan nih baju, ayo cepat buka…biar mama bakar sekalian..,” ujarku dengan suara keras memaksanya untuk membuka pakaianya, kukata-katai dia anak gila, bahkan kalimat-kalimat yang serupa juga keluar dari mulut teman-temanku, aku jadi malu dibuatnya, kutampar dia berulang-ulang dan kubakar pakaian yang dikenakannya saat itu, dengan tidak mempertimbangkan perasaannya yang lagi sedih saat itu, aku menyeretnya kedalam kamarnya dan kukunci dari dalam, aku pun telah lupa bahwa dikepalanya saat itu berdarah kena lemparan guci kecil tepat dijidadnya, saat itu yang ada dalam fikiranku adalah marah dan marah, aku tidak bisa menerima kalau anakku satu-satunya berubah menjadi sosok yang aneh dalam pandanganku, aku juga malu pada orang-orang yang mengata-ngatai putriku gila, padahal dalam sejarah keturunan aku maupun suamiku dulu tidak ada satupun yang pernah mengalami gangguan jiwa, tapi kini, mengapa tiba-tiba mila yang mengalami gangguan kejiwaan?, sudah sholat tengah malam disaat orang tidur, kemana-manapun menutupi wajahnya, emang putriku jelek, tidak cantik.., sehingga harus ditutupi oelh busana hitam pekat begitu dan menggunakan cadar segala, ujarku saat itu yang tidak habis fikir dengan perubahan yang dialami oleh mila,
dari penuturan tetanggaku saat itu, perubahan mila saat itu sebenarnya telah berlangsung 3 bulan yang lalu, mereka juga mempertanyakan mengapa baru sekarang aku mengetahui perubahan itu padahal aku serumah dengannya, “dasar anak tidak tahu diuntung, gara-gara dia aku jadi malu dihadapan masyarakat, ketahuan deh aku tak lagi memperhatikan mila” bathinku perlahan.
pendengar suara wahdah yang budiman
sejak peristiwa itu, mila jadi suka mengurung diri, dan tak tahu apa yang dia kerjakan didalam kamarnya, akupun cuek bebek dengan kondisi tersebut, yang penting dia tak melakukan hal-hal yang gila lagi, hari-hari terus berlalu, tanpa terasa waktu terus berlalu hingga ramadhan 1430 h pun tiba, semula aku menyangka kalau mila telah merubah dirinya menjadi mila yang dulu yang normal dan waras, tapi aku menerima berbagai laporan dari teman dan orang-orang yang mengenalku bahwa mila masih menggunakan busana aneh itu setiap keluar rumah tanpa sepengetahuanku, bahkan ada beberpa laporan bahwa mila terlibat gembong terorois dengan merekrut wanita-wanita sebanyak-banyaknya untuk dikader menjadi anggota gembong teror diindonesia,
menurut laporan teman-temanku, mila sering terlihat dimesjid kampus dan memberikan materi aneh pada anggotanya,murabbi istilahnya yang tidak salah kuingat saat itu, ya tuhan, dosa apa yang telah kuperbuat hingga anakku jadi seperti ini.., apa ini akibat dari meninggalnya bapaknya yang tercinta, semoga saja mila belum tersesat jauh pada ajaran menyimpang ya tuhan, ujarku dalam hati, aku sedih melihat mila, sepertinya dia tidak perduli dengan nasehat-nasehatku, bahkan dia sudah terang-terangan tampil didepanku dengan menggunakan busana anehnya tersebut, dan dia tidak perduli dengan ocehanky, yang tidak pernah kuingat sanggahanya saat aku mengoceh didepanya meminta dia menanggalkan busana anehnya itu adalah “mama, rasulullah mengajari umatnya untuk senantiasa mempergauli orang tuanya dengan baik meskipun sering mendapat perlakuan buruk dari mereka, dan insya allah mila tetap sayang pada mama, tetapi itu bukan berarti mila harus mengikuti seluruh keinginan mama, karena tidak ada ketaatan kepada orang tua, apabila sudah melanggar dan menyimpang dari syari’at agama, mama.., silahkan mama membenci mila sebenci-bencinya, tapi mila tetap selalu sayang pada mama, silahkan mama memukul bahkan membunuh mila sekalipun, tapi jangan mama paksa mila untuk meninggalkan syariat agama ini, mama..kalau mila gadis gila, kenapa mila bisa kuliah sampai semester 6 saat ini?, adakah orang gila bisa belajar dan berprestasi?, kalau mila gila seperti yang sering orang-orang sangkakan, kenapa mila masih pulang kerumah, bahkan menangis bila melihat kebrutalan mama memperlakukan mila.., tidak sayangkah mama terhadap mila?, mila masih ingat ..dari kecil hingga mila tumbuh dewasa, mama dan papa tidak pernah menyakiti perasaan mila, tidak pernah memukul mila atau membentakbentak mila, tapi sekarang, kenapa semuanya berubah?, kenapa?, apa berbuat baik itu salah?, apa menjadi orang yang taat kepada agama itu dosa?, sukakah mama bila mila bergaul bebas seperti orang-orang diluar sana, lalu mereka terjebak dalam pesta narkoba, kepergok polisi dan digelandang kesel tahanan lalu divonis penjara bertahun-tahun lamanya, sukakah mama bila mila tampil gaul lalu kelutyuran malam-malam tak pulang-pulang rumah kemudian hamil diluar nikah tanpa ada suami?, istifgar ma, istigfar…” ujar mila ditengahtengah derasnya air matanya mengalir membasahi pipinya, tetapi entah kenapa, meskipun hatiku menjerit mendengar semua itu, aku seolah tak perduli dan iba terhadapnya, yang terjadi malah aku semakin mengoceh dan terus mengoceh, bahkan menamparnya berulang-ulang karena telah berani menggurui aku sebagai orang tua…bahkan saking tidak tahanya aku dengan rasa emosi yang menumpuk didalam dadaku, aku mengusirnya dari rumah, kusuruh dia mengemasi pakaiannya dan tak boleh tinggal lagi dirumah bersamaku, sebab akan menjadi aib bagi keluargaku, dengan air mata menetes deras dipipinya mila memintaku untuk tidak mengusirnya, kecuali setelah buka puasa tiba, kerna saat itu dia sedang berpuasa, aneh memang kurasa, bukan bulan ramadhan tapi puasa segala, mendengar hal itu amarahku semakin meluap, emosiku tak terbendung,
kubantu dia mengemasi pakaiannya, dan sebagian pakaian anehnya yang tergantung dihanger lemarinya kubuang keluar, kuseret dia keluar dari pintu rumah dan kututp rapat pintu rumahku, hatiku sebenarnya sedih dengan semua ini, tapi aku malu beranakkan dia yang tidak tahu diri. pendnegar suara wahdah yang baik beberapa saat setelah aku mengunci rpat pintu rumah, kudengar suara mobil mengerem keras dijalan depan rumahku, kudengar ada teriakan memekik menyebut kalimat takbir dan kalimat syahadat, suara itu sangat aku kenal, suaranya mila, dengan buru-buru aku membuka pintu rumahku.., dan kudapati kerumunan orang tepat didepan pintu pagar rumahku, sepertinya barusan telah terjadi kecelakaan hebat, sebuah mobil pick up bermarna biru menabrak orang, dengan buru-buru aku memburu ketengah kerumuman orang mengelilingi korban yang ditabrak mobil tersebut dan alangkah terkejutnya aku ketika melihat sesosok tubuh yang ambruk bersimbah dara, mila..anakku, tubuh tiu masih lengkap dengan busana muslimah cadarnya, terdengar perlahan mila mengucapkan kaliamt tauhid lalu diam dan tak bergerak lagi…melighat semua itu aku jadi histeris..aku menangis meraung sekencang-kebncangnya, aku tak percaya kalau mila anakku satu-satunya adalah korban kecelakaan itu, menurut saksi mata, pak handoko tetangga yang kebetulan juga berada dipekarangan rumahnya, dilihatnya mila keluar rumah,
tapi tiba-tiba sebuah mobil pick up biru oleng dan menyambarnya yang masih berada tepat dipintu pagar, ya tuhan..mengapa semua ini menimpa anakku, mengapa dia yang kau ambil tuhan.., mengapa…kini aku benar-benar seorang diri dan tak ada siapapun yang kumiliki…mengapa semua ini menimpaku..
pendengar suara wahdah yang baik
inilah penyesalan hidup yang hingga saat ini masih belum hilang dari benakku, setelah suamiku pergi meninggalkan aku, akhirnya putriku satu-satunyapun harus pergi meniggalkan aku untuk selama-lamanya, yang tidak bisa aku terima adalah, sikap dan perlakuanku selama ini padanya, yang akhirnya aku sadari bahwa aku telah salah menilainya, namun yang sangat aku syukuri adalah, ia meninggal dengan mempertahankan aqidahnya, sebagai orang tua, aku selalu berdoa untuknya, semoga kematiannya syahid dimata allah, ya allah.., ampunilah dosa-dosaku.., izinkan aku memperbaiki semua sikapku selama ini..amin ya rabbal alamiin..
wassalam
- kisah ini berdasarkan penuturan dari ummu kamilah dan dikarang oleh ukhti jamilah tanpa mengurangi atau menambah atau mengurangi cerita aslinya
- ummu kamilah sendiri yang meminta agar kisah ini diudarakan, agar menjadi ibrah bagi masyarakat luas, para orang tua dan ikhwan dan akhwat yang sering mendapat tantangan dari orang tua saat menjalankan syari’at.
- ummu kamilah saat ini alhamdulillah telah mengikuti pengajian intens dan saat ini sudah menggunakan busana muslimah yang syar’i dan bercadar.
0 comments:
Post a Comment